Kendati dunia perkeretaapian global tengah diramaikan oleh armada bertenaga listrik yang digadang-gadang rendah emisi, namun bukan berarti kereta diesel elektrik (listrik) kehilangan pamornya. Dewasa ini, masih banyak armada kereta api dari berbagai penjuru dunia yang menggunakan kereta bertenaga hibrida semacam ini. Lalu terbesit sebuah pertanyaan, bagaimana bisa sebuah moda seperti kereta dapat beroperasi dengan menggunakan dua tenaga secara bersamaan?
Dikutip KabarPenumpang.com dari laman midcontinent.org, pengapian bahan bakar diesel akan mendorong piston terhubung ke generator listrik. Sementara itu, daya listrik yang dihasilkan akan terhubung ke roda lokomotif. Seperti itulah kira-kira gambaran sederhana dari cara kerja mesin diesel elektrik. Adapun mesin jenis ini ditemukan oleh Dr. Rudolph Diesel dan dipatenkan pada tahun 1892.
Mengapa kereta menggunakan bahan bakar diesel? Sebenarnya, bahan bakar diesel telah menjadi bahan bakar pilihan untuk penggunaan lokomotif karena volatilitasnya yang lebih rendah ketimbang bahan bakar lain. Volatilitas di sini maksudnya adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk berubah fasa menjadi fasa uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang rendah menandakan tingginya volatilitas.
Selain tingkat volatilitasnya yang rendah, alasan lain dibalik penggunaan bahan bakar diesel adalah biayanya yang relatif lebih rendah dan bukan termasuk barang yang sulit untuk dicari.
Lalu, bagaimana dua tenaga ini bisa saling bersinergi? Awal-awal, bahan bakar diesel (solar) di simpan di dalam tangki penyimpanan dan dikirim ke mesin oleh pompa bahan bakar listrik. Mesin diesel ini sendiri merupakan mesin pembakaran internal yang terdiri dari beberapa silinder yang terhubung ke poros engkol (crankshaft).
Ketika bahan bakar dinyalakan oleh kompresi yang kuat, maka piston pun akan terdorong naik-turun. Gerakan dari piston ini lalu akan memutar poros engkol.
Mesin diesel yang terhubung ke generator utama akan mengubah penggunaan tenaga, yang semula menggunakan tenaga diesel akan dikonversikan menjadi tenaga listrik. Setelah itu, listrik yang telah dikonversi tadi kemudian didistribusikan ke motor traksi melalui sirkuit yang dibentuk oleh berbagai komponen switchgear (panel distribusi yang menyalurkan beban ke panel-panel yang kapasitasnya lebih kecil).
Para teknisi yang merancang mesin diesel-elektrik semacam ini mengontrol output daya lokomotif yang dikendalikan oleh arus medan eksitasi ke setiap belitannya dengan menggunakan throttle (yang dikendalikan secara elektrik). Semakin banyak bahan bakar yang disuntikkan ke silinder mesin, maka semakin meningkat pula output listriknya.
Setiap motor traksi secara langsung diarahkan ke sepasang roda penggerak. Penggunaan listrik sebagai “transmisi” untuk lokomotif jauh lebih andal ketimbang menggunakan transmisi mekanis dan kopling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar